Bisnis.com - PALEMBANG – PT Pupuk
Sriwijadja Palembang menargetkan ekspor pupuk sebanyak 700.000 ton dari
peningkatan produksi yang akan dihasilkan oleh pabrik Pusri IIB pada
2015 mendatang.
Direktur Utama PT Pusri Palembang
Musthofa mengatakan perusahaan melakukan ekspor untuk menambah
pendapatan setelah kebutuhan pupuk dalam negeri terpenuhi.
“Oppurtunity pasar di Asia dan
Australia masih cukup besar, agar bisa bersaing dengan negara lain kita
harus menekan biaya produksi sehingga efisien. Pabrik Pusri IIB akan
menjawab efisiensi itu,” katanya seusai peresmian titik referensi
koordinasi proyek pembangunan Pusri IIB di Komplek Pusri Palembang,
Senin (24/12).
Pada kinerja ekspor perusahaan tahun
ini, Pusri hanya mengekspor kelebihan produksi sebanyak 40.000 ton atau
melenceng dari target sebesar 60.000 ton. Sementara pada tahun lalu,
ekspor Pusri tercatat sebanyak 110.000 ton.
“Tahun ini ekspor hanya terealisasi
40.000 ton dari target yang kami tenderkan 60.000 ton karena kami
mengantisipasi kebutuhan dalam negeri dahulu, setelah itu baru bisa
mengekspor,” katanya.
Musthofa mengatakan perseroan masih akan
fokus pada pasar tradisional untuk ekspor, yaitu Thailand dan Filipina.
Sebelumnya, Pusri juga mengekspor pupuk untuk Vietnam tetapi saat ini
negara itu sudah kelebihan produksi sehingga tidak menjadi pasar
potensial lagi buat perusahaan. Adapun harga ekspor pupuk berkisar
US$400 per ton – US$410 per ton.
Dia mengatakan perkiraan kelebihan
produksi yang akan disalurkan untuk pasar dalam negeri non subsidi,
seperti perkebunan dan industri, serta pasar ekspor sebanyak 1,4 juta
ton dari target peningkatan produksi sebesar 2,8 juta ton setelah adanya
Pusri IIB.
Pembangunan pabrik Pusri IIB sendiri
rencananya akan dimulai pada 7 Februari 2013 mendatang dan memakan waktu
sekitar 34 bulan. Perusahaan menargetkan pabrik tersebut dapat
berproduksi pada Desember 2015. Pembangunannya sendiri melibatkan
konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation.
Dia menambahkan nantinya pabrik Pusri
IIB dapat menekan efisiensi pemakaian gas untuk produksi dari 21,47
MMBTU per ton menjadi 14,8 MMBTU per ton. Adapun kapasitas yang dimiliki
pabrik sebanyak 660.000 ton ammonia per tahun dan 907.500 ton urea per
tahun.
Sebanyak 7 bank telah menandatangani
kontrak untuk memberikan pinjaman dengan plafon sebesar Rp7,4 triliun
untuk proyek pembangunan tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Musthofa
mengemukakan belanja modal yang disiapkan perseroan untuk tahun depan
sebanyak Rp2,5 triliun yang akan digunakan untuk penambahan
infrastruktur perusahaan.
Dia mengatakan belanja modal itu akan
dialoksaikan untuk pembelian dua unit kapal angkutan pupuk. Saat ini
Pusri memiliki delapan unit kapal pengangkut produksi, tujuh unit di
antaranya digunakan untuk mengangkut pupuk urea dan sisanya untuk
angkutan amoniak.
Sebelumnya, perseroan sudah melakukan
penandatanganan kontrak proyek kapal Self Propelled Urea Barge (SPUB)
dengan PT Anggrek Hitam yang memiliki kapasitas 8.500 ton. Anggaran
untuk pengadaan kapal itu senilai Rp487 miliar.
Selain itu, anggaran juga digunakan untuk pembiayaan pengadaan pembangkit batu bara sebagai pengganti power plant gas.
“Kami juga akan membangun pabrik pupuk
NPK dan pembangunan pergudangan untuk mendukung peningkatan kapasitas
produksi,” katanya. (19/Bsi)
Sumber: BIsnis Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar